Selasa, 28 Februari 2012

LAPORAN PRAKTIKUM
Ilmu Kesehatan Ternak Unggas
Bedah Bangkai Ayam Sakit
CRD Complex



 





Praktikan:
Eko Karyadi                  (101621)
Lasiman               (101610)
Siti Mawarsih       (101637)

JURUSAN PRODUKSI TERNAK
AKADEMI PETERNAKAN KARANGANYAR
KARANGANYAR
2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas ridho dan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan laporan bedah bangkai ayam sakit pada mata kuliah Ilmu Penyakit Unggas.
Penyusun menyampaikan penghargaan dan ucapa terimakasih yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:
1.      Ir. Diwi Acita Irawati, MP selaku Direktur Akademi Peternakan Karanganyar
2.      Ir. Tjatur Lukito selaku ketua jurusan produksi ternak Akademi Peternakan Karanganyar
3.      Drh. Heru Suripta selaku dosen pengampu mata kuliah Ilmu Penyakit Unggas
4.      Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan bedah bangaki ayam sakit ini
Kami menyadari bahwa laporan  ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penyusun harapkan demi kesempurnaannya. Semoga laporan bedah bangkai ayam sakit  ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penyusun pada khususnya.



                                                                                   Karanganyar, Desember 2011


                                                                                                   Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Judul  .............................................................................................   i
Kata Pengantar ..............................................................................................   ii
Daftar Isi ........................................................................................................   iii
BAB I Pendahuluan .......................................................................................   1
A.    Tujuan dan Manfaat ...........................................................................   1                  
B.     Materi dan Metode .............................................................................   2                  
C.     Tinjauan Pustaka ................................................................................   2
BAB II Hasil Seksi
A.    Anamnesa  .........................................................................................              8
B.     Laporan Sementara ...........................................................................   9
BAB III Pembahasan ..................................................................................... 10     
BAB IV  Penutup
A.    Kesimpulan ...................................................................................... 12
B.     Saran ...............................................................................................   12
BAB V Dokumentasi ...................................................................................  13
Daftar Pustaka ..............................................................................................             14
BAB I
Pendahuluan
            Dalam rangka menuju kesejahteraan suatu bangsa dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan mengembangkan dan memajukan dunia peternakan. Peternakan diindonesia ini sebagian besar berasal dari dunia unggas. Baik itu dari unggas petelur maupun untuk unggas pedaging (broiler).
            Untuk memajukan dunia peternakan sendiri banyak sekali tantangan yang harus dihadapi. Salah satu yang dihadapi oleh peternak yang sangat mempengaruhi produksi adalah penyakit. Anggaran yang diberikan biasanya 2-5% padahal sebenarnya masalah penyakit ini sangat rentan untuk ternak unggas. Oleh karena itu pengetahuan peternak tentang kesehatan unggas sendiri juga perlu ditingkatkan untuk memperoleh hasil sesuai target.
            Pengobatan, pencegahan dan sanitasi kandang yang baik juga menentukan tingkat keberhasilan suatu usaha peternakan. Banyak sekali jenis penyakit unggas yang harus kita waspadai. Gejala penyakit yang timbul kita harus tahu, karena terkadang gejala penyakit ini tidak terdeteksi oleh peternak. Salah satu penyakit yang sering menyerang ternak unggas adalah CRD complex. Penyakit ini harus dipelajari dengan seksama karena banyak penyakit yang gejala yang sama dengan CRD complex. Vaksinasi teratur, juga merupakan kunci keberhasilan pencegahan penyakit unggas.
A.    Tujuan dan Manfaat
1.      Tujuan  
                 Tujuan praktikum bedah bangkai ini adalah :
a.       Untuk mengetahui gejala dan ciri-ciri ayam yang terjangkit penyakit CRD complex
b.      Untuk mengetahui perubahan organ dalam pasca mati ayam yang terjangkit penyakit CDR complex
c.       Sebagai salah satu syarat pembelajaran Mata Kuliah Ilmu Kesehatan Unggas di Akademi Peternakan Karanganyar.

2.      Manfaat
           Manfaat yang diharapkan adalah :
a.       Mahasiswa dapat mengetahui diagnosa gejala ayam yang terjangkit penyakit CRD complex dan ayam masih dalam keadaan hidup
b.      Mahasiswa dapat mengetahui perubahan organ dalam pasca mati, ayam yang terjangkit penyakit CRD complex
B.     Materi dan metode
1.      Materi
      Materi yang digunakan dalam praktikum bedah bangkai pada mata kuliah ilmu penyakit unggas adalah 1 ekor ayam sakit umur 28 hari, ember, pisau bedah, pinset, gunting, sepuit, meja bedah dan plastik.
2.      Metode
      Metode yang digunakan adalah mematikan ayam dengan cara emboli sebelum dilakukan pembedahan.

C.    Tinjauan Pustaka
1.      Chronic Respiratory Disease (CRD)
a.      Etiologi
           Chronic Respiratory Disease (CRD) adalah penyakit infeksius menular yang disebabkan oleh bakteri. Penyakit ini terjadi secara berlarut – larut (kronis) dan menimbulkan gangguan terutama pada saluran pernafasan unggas. (Yahya, 1991)
CRD disebabkan oleh organisme Mycoplasma gallisepticum. Penyebaran penyakit umumnya terjadi baik secara vertikal maupun horisontal. (Bambang, 1992). Sedangkan menurut Yahya (1991), Mycoplasma gallisepticum dapat merangsang pembentukan zat kebal yang tidak sempurna sehingga penderita yang telah sembuh akan bertindak sebagai pembawa bibit dan merupakan sumber penularan. Mycoplasma gallisepticum termasuk dalam kelompok bakteri Gram negatif (-). Bakteri ini termasuk dalam genus Mycoplasma dari famili Mycoplasmataceae. Struktur tubuhnya berbentuk pleomorfik yang biasanya kokoid (bentuknya mendekati bundar atau oval). (Medion, 2008)
CRD dapat menyerang ayam pada semua umur, tetapi lebih banyak menyerang ayam umur muda, yaitu usia 4 – 9 minggu. Angka kesakitan (morbiditas) lebih tinggi dibanding angka kematian (mortalititas). Masa inkubasi bervariasi antara 2 – 3 minggu dan penyakit bersifat kronis. CRD akan menjadi parah apabila disertai penyakit lain terutama Escherchia coli.
b.      Cara penularan
Penularan penyakit CRD secara vertikal melalui telur dan secara horisontal dari ayam satu ke ayam lainnya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Penularan tidak langsung terjadi dengan perantara manusia, hewan liar atau peralatan kandang sehingga Mycoplasma gallisepticum masuk ke dalam tubuh ayam sehat dan menyebabkan ayam sehat menjadi sakit atau tercemar Mycoplasma gallisepticum. (Yahya, 1991)
Saluran pernapasan ayam secara alami dilengkapi dengan pertahanan mekanik. Permukaannya dilapisi mukosa dan terdapat silia (bulu-bulu getar) serta mukus yang berfungsi menyaring udara yang masuk. Menurut medion (2011) cara penularan dengan cara M. gallisepticum yang sering terdapat di saluran pernapasan ayam ini, masuk bersamaan dengan aliran udara yang sebelumnya telah terkontaminasi. Ketika memasuki saluran pernapasan ayam, agen penyakit ini menempel pada mukosa saluran pernapasan dan merusak sel-selnya. Adanya bakteri ini akan memicu terjadinya radang dan aliran darah di daerah tersebut menjadi meningkat. Bakteri akan ikut aliran darah dan menuju kantung udara, dimana kantung udara merupakan tempat yang cocok untuk M. gallisepticum hidup dan berkembang biak.

c.       Gejala
Penyakit CRD biasanya akan menyerang seluruh kelompok ayam meskipun tingkat keparahannya berbeda – beda. Dari Yahya (1991) menyatakan bahwa tanpa komplikasi, kelompok ayam yang terserang CRD tidak menunjukkan gejala klinik yang jelas. Gejala klinik yang biasanya terlihat adalah ingus katar keluar dari lubang hidung, batuk, dan bersuara waktu bernafas, terkadang muka ayam yang terserang CRD akan bengkak akibat adanya penimbunan eksudat dalam sinus infraorbitalis.
Jika dilakukan bedah bangkai dapat ditemukan kelainan pada saluran pernafasan yaitu, rongga dan sinus hidung mengandung eksudat katar, kantong hawa mengandung eksudat katar dan pada kasus yang akut akan terjadi penebalan dan berwarna keruh (cloudy swelling) pada kantong hawa.
Gejala CRD juga di kuatkan dari sumber lain yaitu, medion (2011) tentang perubahan patologi pada bedah bangkai dengan ditemukan peradangan pada saluran pernapasan bagian atas (laring, trakea, bronkus), paru-paru berwarna kecoklatan, kantung udara tampak adanya lesi yang khas (keruh dan menebal) serta pembentukan jaringan fibrin pada selaput hati (perihepatitis) dan selaput jantung (pericarditis) dan perkejuan di organ dalam (komplikasi colibacillosis).
d.      Pencegahan
pencegahan dan pengendalian penyakit CRD kompleks menurut medion (2011) terdiri dari 3 hal yang harus dilakukan :
1)     Menciptakan lingkungan kandang yang nyaman
Tindakan yang dilakukan seperti memperbaiki sirkulasi udara di dalam kandang dengan manajemen buka tutup tirai, menjaga agar populasi ayam di kandang tidak terlalu padat, beri pemanas yang cukup pada DOC selama masa brooder, membersihkan litter dari feses dan mencegah litter basah untuk meminimalkan produksi ammonia yang berlebihan. Litter yang basah akan memacu timbulnya penyakit gangguan saluran pernapasan dan pencernaan, karena di litter banyak berkembang bakteri, virus dan parasit.
2)     Mempertahankan kondisi ayam agar tetap sehat
Hal utama yang diusahakan dalam menjaga kondisi ayam tetap sehat adalah menghindari faktor stres. Faktor penyebab stres antara lain agen penyakit, lingkungan yang tidak nyaman dan tata laksana pemeliharaan yang tidak baik. Berikan mulvitamin untuk meningkatkan stamina tubuh ayam.
3)     Melaksanakan biosecurity yang ketat
Adapun penerapan biosecurity tersebut antara lain dengan memperbaiki tata laksana kandang, melakukan sanitasi dan desinfeksi di areal lingkungan kandang, melakukan pengafkiran pada ayam yang terinfeksi dan kondisinya sudah parah, kosongkan kandang minimal 14 hari setelah kandang dibersihkan dan pengontrolan lalu lintas dengan mengontrol kendaraan yang keluar masuk lokasi peternakan.
2.      Colibacillosis
a.      Etiologi
Colibacillosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri coliform (Yahya, 1991). Coliform merupakan bakteri yang normal hidup pada saluran pencernaan dan biasanya banyak terdapat pada peternakan ayam. Bakteri yang menyebabkan colobacillosis adalah Escherichia coli, Escherichia coli merupakan bakteri gram negative yang tidak tahan asam, berbentuk batang, dan dapat bergerak. Bakteri banyak terdapat di usus bagian belakang dan keluar dari tubuh bersama – sama feses. Didalam feses bakteri tahan sampai beberapa minggu, tetapi tidak tahan kering dan desinfektan.
Sedangkan menurut ( Tabu, 2000, disitasi nusantaraku )Kolibasilosis disebabkan oleh bakteri Escherichia coli, yang tergolong gram negative(-), tidak tahan asam, tercat uniform, merupakan basilus yang tidak membentuk spora dan mempunyai ukuran dan bentuk yang bervariasi. Escherrichia coli disebut juga “opportune oathogens” oleh karena penyakit yang ditimbulkannya biasanya bersifat sekunder mengikuti stress atau penyakit lainnya.


b.      Penularan
                             Cara penularan Colibacillosis yaitu dari tinja ayam sakit, lingkungan dan peralatan, telur tetas yang tercemari tinja, infeksi pada indung telur dan kantong kuning telur merupakan sumber penularan. (Yahya, 1991)
                     Penularan penyakit Colibacillosis dikuatkan dengan pendapat dari (central unggas, 2010) yaitu, penularan dapat terjadi secara vertikal dan horizontal. Penularan secara vertikal terjadi melalui saluran reproduksi induk ayam, yaitu melalui ovarium atau oviduk yang terinfeksi. Telur yang menetas akan menghasilkan DOC yang tercemar bakteri Escherichia coli.
Penularan horizontal terjadi secara kontak langsung dengan ayamsakit atau sec
ara tidak langsung melalui kontak dengan bahan / peralatan kandang yang tercemar. Penularan biasanya terjadi secara oral melalui ransum / air minum yang terkontaminasi bakteri melalui saluran pernapasan bersama debu diudara. Larva dan kumbang hitam dewasa (Alphitobius diaperanus) berperan menularkan dan menyebarkan bakteri Escherichia coli antar kandang atau peternakan. Cara penularan adalah ayam makan larva/kumbang dewasa atau akibat ayam kontak dengan feses kumbang yang tercemar bakteri Escherichia coli.
c.       Gejala
Pada saat ayam menderita penyakit salurann pernafasan, E.coli terhisap melalui saluran pernafasan. Kemudian melakukan multiplikasi dan infeksi. Infeksi biasanya local pada kantung udara dan menyebabkan penyakit kronis. Kantung udara menjadi tebal mengandung cairan dan massa seperti keju. Hal ini menyebabkan ayam sulit bernafas. (Yahya, 1991)
Infeksi E.coli dapat juga menyebar ke hati, jantung, kantong udara abdominal, sehingga menyebabkan alat tubuh tersebut terselaputi dengan selaput fibrin (perihepatitis). Keadaann tubuh yang buruk atau jika ada stres semakinn memperparah E,coli, keadaan sakit  terjadi tiba – tiba, lesu, dan malas berpindah tempat.
Infeksi colibacillosis bisa bersifat lokal atau sistemik dengan berbagai bentuk, (central unggas, 2010) yaitu, terjadinya omphalitis atau peradangan pada pusar, terjadinya pembengkakan bagian kepala (Swollen Head Syndrome), terjadi diare, peradangan saluran telur (salpingitis) sehingga mengakibatkan produksi telur menurun, dan kematian sporadic pada ayam dewasa.
d.      Pencegahan
Pencegahan penyakit untuk meminimalisir colibacillosis dapat dilakukan dengan cara  berikut, dari sumber yang diambil dari central unggas, 2010 :
1.      Sanitasi kandang
2.      Pengelolaan kandang serta ternak yang baik
3.      Peralatan peternakan dicuci dengan bersih
4.      Cek kualitas air minum peternakan terhadap adanya bakteri coliform dan E.coli.
 






    
BAB II
Hasil seksi

1.      Anamnesa
a)      Asal ayam
·         Nama peternak                  : Ari Subekti
·         Lokasi peternakan             : Bayas, Sambirejo, Jumantono
·         Jumlah populasi                 : 3000 ekor
·         Periode                              : -
b)      Umur ayam                                   : 28 hari
c)      Ras                                                : Broiler
d)     Pakan                                            : Comfeed
e)      Gejala                                            :  -     Ngorok
-               Kaki lumpuh
-               Ngantuk
-               Nafsu makan turun dan                                  murung
-               Bulu kusam
-               Sayap terkulai
-               Muka bengkak
-               Diare berwarna hijau
f)       Pengobatan
Obat yang diberikan:
·         1 – 3 hari               : Aviflox
·         8 – 16 hari             : Colistam
·         19 – 21 hari           : Moxycoligrin
·         25 – 27 hari           : Moxycoligrin
g)      Diagnosa               : CRD complex dengan colibacillosis
2.      Laporan Sementara
Dari hasil pembedahan yang dilakukan di laboratorium APEKA ditemukan perubahan – perubahan patologi sebagai berikut :
a)      Jantung diselimuti selaput fibrin
b)      Terdapat selaput fibrin keruh pada hati
c)      Kantong hawa mengalami penebalan dan perkeruhan (cloudy swelling)
d)     Pada sinus terdapat cairan berwarna kuning kental
e)      Pada faring terdapat lendir
f)       Oedema pada bagian perut, berisi cairan berwarna kuning sebanyak  5 ml
g)      Hati berwarna merah pucat
h)      Pada usus terjadi perbarahan













BAB III
Pembahasan
Dari hasil pembedahan yang dilakukan pada tanggal 01 November 2011 di laboratorium APEKA, pada ayam broiler umur 28 hari ditemukan perubahan – perubahan patologi pada ayam tersebut. Dari gejala – gejala klinik yang terlihat seperti   Ngorok, kaki lumpuh, ngantuk, nafsu makan turun dan murung, muka bengkak, diare warna hijau, bulu kusam, dan sayap terkulai, kami mendiagnosa ayam tersebut menderita Chronic Respiratory Disease (CRD) complex dengan colibacillosis. Hal tersebut sesuai dengan (Yahya, 1991) pada ayam yang terserang CRD komplex gejala klinik yang dapat dilihat adalah ingus katar keluar dari lubang hidung,  muka bengkak akibat adanya penimbunan eksudat dalam sinus infraorbitalis, serta diare berwarna hijau, kuning keputih – putihan. Hal ini diperkuat dengan pendapat (Setiawan, 2010 ) bahwa ayam yang terserang colibacillosis mengalami peradangan di bawah kulit atau cellulitis. Cellulitis akut atau sub akut yang melibatkan perubahan pada periorbhital dan jaringan subkutan di daerah kepala dapat memicu terjadinya penyakit Swollen Head Syndrome (SHS).
Setelah dilkukan pembedahan ditemukan perubahan – perubahan patologi  sebagai berikut, Jantung diselimuti selaput fibrin, Terdapat selaput fibrin keruh pada hati, Kantong hawa mengalami penebalan dan perkeruhan (cloudy swelling), Pada sinus terdapat cairan berwarna kuning kental, Pada faring terdapat lendir, Oedema pada bagian perut, berisi cairan berwarna kuning sebanyak  5 ml, Hati berwarna merah pucat, Pada usus terjadi perbarahan. Perubahan – perubahan patologi tersebut sesuai dengan pendapat (Yahya, 1991) jika dilakukan bedah bangkai dapat ditemukan kelainan pada saluran pernafasan yaitu, rongga dan sinus hidung mengandung eksudat katar. Pada kantong hawa selain mengandung eksudat katar dapat ditemukan pula penebalan dan kekeruhan (cloudy swelling).
Komplikasi CRD dengan Escherchia coli menyebabkan hati dan jantung diselaputi oleh jaringan fibrin. Terjadi kerusakan pada organ pencernaan, terjadi oedema, keluar lendir bercampur darah, dan terjadi peradangan pada usus.



















BAB IV
Penutup
A.    Kesimpulan
Dari hasil bedah bangkai pada ayam broiler yang dilakukan dan kelainan – kelainan yang ditemukan dapat disimpulkan bahwa ayam menderita CRD complek, sesuai dengan ciri-ciri fisik ayam, dan keadaan organ dalam pasca mati. Ciri-ciri ayam yang dibedah mempunyai ciri ayam yang terjangkit penyakit CRD complex. Pada ayam ini penyakit CRD complex dengan penyakit collibacilosis.

B.     Saran
Dalam beternak ayam broiler sebaiknya kebersihan dan sanitasi kandang selalu dijaga dengan baik. Selain itu, program vaksinasi harus dilaksanakan sesuai dengan jadwal dan dosis yang ditentukan oleh pembuat vaksin agar kesehatan ayam tetap terjaga.










BAB V
Dokumentasi



NB. Berhubung laporan sementara hilang maka kami mencantumkan dokumentasi yang diambil pada saat proses pembedahan bangkai tanggal 01 November 2011 pukul 10.08:14 WIB.



Daftar pustaka
 Anonimus.2008. medion.co.id
Setyawan.2010.centralunggas.blogspot.com

Yahya Y.,1991.Penyakit-penyakit Penting pada Ayam.Medion:Bandung






























































































Tidak ada komentar:

Posting Komentar